Andai saja tak melakukan terapi hormon, tubuh pesepakbola Lionel Messi mungkin tingginya hanya 150-an centimeter saja. Kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone deficiency) membuat tinggi Messi tersendat dan hal ini juga dialami banyak jutaan anak-anak dunia.
Seperti dikutip dari Askmen, Kamis (8/4/2010) penyerang Barcelona kelahiran 24 Juni 1987, ini sempat memiliki masalah kesehatan saat berusia 11 tahun yakni mengalami kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone deficiency).
Padahal saat itu dia sudah bermain bola di negara asalnya Argentina. Manajemen Barcelona yang melihat bakatnya, akhirnya mau mengeluarkan kocek US$ 900 per bulan untuk terapi hormon dengan syarat Messi akan bermain di klub Spanyol itu.
Dengan terapi hormon, Messi berhasil menambah tingginya hingga menjadi 169 cm. Untuk ukuran orang Indonesia, Messi masih terbilang lumayan tinggi. Tapi untuk ukuran pemain bola dunia yang rata-rata 180 cm, tentu saja Messi terlihat mungil.
Tapi tidak memiliki tinggi badan yang optimal, Messi masih tetap bisa berkarir seperti layaknya pemain bola lain dan menjadi salah satu pemain sepakbola terbaik di dunia. Dan masalah kekurangan hormon bisa disembuhkan dengan terapi hormon.
Kekurangan hormon pertumbuhan merupakan salah satu gangguan kelenjar pituitary (sebuah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak). Kelenjar ini berfungsi memproduksi hormon pertumbuhan dan hormon lainnya. Ketika kelenjar ini tidak bisa menghasilkan hormon yang cukup, maka pertumbuhan seseorang akan lebih lambat dibandingkan dengan lainnya.
Pada anak-anak, hormon pertumbuhan diperlukan untuk membantu tubuhnya berkembang secara optimal. Sedangkan pada orang dewasa, hormon ini berguna untuk mempertahankan jumlah tepat dari lemak tubuh, otot dan tulang. Jika jumlah hormon terlalu rendah atau tidak ada, maka bisa mengakibatkan gejala emosional seperti kelelahan dan kurang motivasi.
- Penyebab
Gangguan ini bisa disebabkan oleh congenital (sejak lahir) atau akibat kondisi tertentu (terjadi setelah kelahiran). Kekurangan hormon pertumbuhan yang terjadi sejak lahir kemungkinan berhubungan dengan kelenjar hipofisis yang abnormal.
Beberapa hal juga bisa menjadi penyebab kurangnya hormon pertumbuhan seperti:
- Infeksi
- Tumor otak
- Cedera atau radiasi di kepala.
- Dalam beberapa kasus, penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasi.
Kekurangan hormon pertumbuhan ini bisa terjadi pada anak-anak dengan gejala seperti perawakan tubuh pendek, rendahnya kecepatan pertumbuhan dan lambatnya tahap pubertas, peningkatan jumlah lemak di sekitar pinggang, pertumbuhan gigi yang tertunda serta kemungkinan anak akan terlihat lebih muda daripada anak lain yang seusia.
Jika gangguan ini terjadi pada orang dewasa, maka gejala yang timbul seperti tubuh kekurangan energi, penurunan kekuatan, berkurangnya massa otot, adanya penimbunan berat badan di daerah pinggang, kecemasan dan depresi yang dapat menyebabkan perubahan perilaku serta kulit badan yang kering.
- Penyembuhan
Sementara untuk pasien yang memiliki masalah hypopituitarism, kemungkinan membutuhkan terapi hormon adrenal dan tiroid. Ketika memasuki masa puber, seseorang bisa diberikan hormon seks.
Meski demikian, untuk terapi hormon pada orang dewasa masih mengalami perdebatan. Ada kekhawatiran peningkatan komposisi tubuh dan kapasitasnya akan memberikan efek yang tidak sama.
Efek samping yang paling umum terjadi adalah pembengkakan di tangan, kekakuan, sakit pada otot dan sendi serta resistensi insulin. Karenanya perawatan yang diberikan pada orang dewasa harus benar-benar tepat.
- Pencegahan
Meskipun hingga saat ini belum ada penjelasan yang pasti mengapa seseorang bisa memiliki hormon pertumbuhan yang kurang, tapi salah satu cara yang bisa dicoba untuk mencegahnya adalah dengan mengonsumsi asupan gizi yang cukup dan seimbang. Karena asupan gizi yang tepat dapat membantu proses pertumbuhannya.